Bismillaah,
alhamdulillah hari ini hari pertama kuliah semester 6, mata kuliah pertama hari
ini kebagian fitofarmaka, apa itu fitofarmasi? Kayaknya saya juga gak fasih
kalo suruh njelasin apa itu fitofarmasi, tadi aja udah kena semprot gegara
bikin istilah dan definisi baru, ha-ha. Intinya hikmah dari mata kuliah
sekaligus wahana spot jantung tadi dan sebenarnya juga inti dari pesan seluruh
dosen ku adalah keabsahan ilmu yang kita miliki, dari mana kita mendapatkan
ilmu itu, apa yang manfaat ilmu kita dan bagaimana kita mengaplikasikan seluruh
ilmu yang kita miliki menjadi kesatuan yang bermanfaat utnuk menjalankan
profesi seorang apoteker . Dari situ, pribadi termotivasi untuk benar-benar memahami
setiap seluk beluk yang harus saya kuasai dalam bidang kefarmasian.
Lalu,
juga terbersit dalam benak, untuk menjalankan pekerjaan menjadi apoteker yang
baik, untuk tidak membuat jengkel dosen gegara kita gak siap praktikum, selama
ini pribadi merasa begitu getolnya (untuk ukuran pribadi penulis :D) dalam mempersiapkan
diri dengan belajar, baca banyak referensi, dan mengerjakan tugas dengan rapi
dan cekatan. Ini termasuk urusan dunia, yang efeknya mungkin hanya di transkrip
nilai dan masa depan pekerjaan. Alhamdulillah, setelah diberi sengatan tajam
dari pengenalan fitofarmasi tadi yang tersengat juga sampai urusan ibadah yang
efeknya jauh menyangkut kehidupan pribadi setelah ini yang lamanya tak
sebanding dengan lama kerja kita sebagai apoteker, atau 8 semester kuliah,
hehe.
Betapa
sering atau selalu diri ini lalai dalam mempersiapkan ibadah kita di hadapan
Allah, kadang pribadi sangat hafal bagaimana proses pembuatan tablet yang
benar, metode apa yang harus digunakan untuk bahan obat yang berbeda sifat
fisiko kimianya, lalu apa saja yang dapat meningkatkan kekerasan dan kompaktibilitas
obat, tapi apakah pribadi benar benar paham bagaimana tata cara rosululloh
sholat dalam setiap harinya, dalam setiap rokaatnya, kapan kita boleh menjamak
sholat, dalam kondisi seperti apa qashar dijadikan sebagai keringanan, dan dzikir
apa saja yang rosululloh baca saat setelah sholat fardhu, setelah sholat
tahajjud, sudah berapa banyak bacaan yang kita hafal dari banyak bacaan yang
rosululloh ajarkan? Apakah benar kita dapat menghafalnya sefasih dan secermat
kita menghafal cara pencampuran bahan obat atau sepaham kita memilih sediaan
yang tepat untuk bahan obat yang mudah terdegradasi? Yang mana yang lebih kita
hafal? Yang mana yang lebih kita pahami? Yang mana yang lebih kita kenal? Agama
kita atau dunia yang sebentar saja?
Kadang
tak jarang terdengar dekat telinga dari teman teman tersayang, atau juga pernah
dilakukan oleh pribadi jika ditanya atau di protes mengenai ketidak tahuan kita
mngenai hukum agama yang wajib kita ketahui, serta merta berkata “ah maklum lah
orang awam, aku kan bukan orang alim, bukan anggota SKI” tanpa setelahnya
berusaha untuk mencari tahu dan memperbaiki kesalahan kita. Pribadi tidak akan
membahas tentang syari’at yang terlalu rumit seperti ilmu faraid (waris) atau
fiqih ini dan itu, mari koreksi pribadi, tentang sholat yang merupakan tiang
agama, yang merupakan amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat, yang
merupakan ibadah yang dapat mencegah dari perbuatan munkar, adakah diri ini
benar-benar telah menguasai setiap hokum gerakannya, apa saja sunnah-sunnah di
dalamnya, apa saja yang menjadi syarat sah nya, apa saja rukunnya, apa saja
yang membatalkannya? Sudahkan kita tahu??? Paling tidak, bisakah kita
menyebutkan satu atau dua saja referensi rujukan mengenai fiqih ibadah sholat
dari ulama???
Pribadi,
tidak alasan atau udzur apapun yang dapat kita hadapkan pada Allah untuk ilmu
agama yang mendukung sempurnanya ibadah wajib kita. Jika ada yang berkata,
kebaikan itu tak hanya sholat, islam itu luas, Allah juga menilai setiap
kebaikan yang kita lakukan pada sesama dan pada alam, tapi tidakkah akal kita
yang selama ini terlalu sering kita banggakan merasa heran sendiri, apakah
tidak mengherankan kita dapat ikhlas membantu sesama, dapat mengerti setiap
cabang islam yang luas dan mencakup seluruh gerak gerik kita, jika untuk
berakhlak baik di hadapan Allah saja kita tidak tahu, untuk memahami setiap
nama-nama indah-Nya saja kita tidak sempat, untuk mengenal kasih sayang-Nya
dan mengenal Murka-Nya saja kita tidak
tahu, bunga tak pernah tumbuh dengan sendirinya, tanpa akar yang tersirami
dengan baik.
Belum
lagi waktu kita banyak kita habiskan untuk melakukan kegiatan di luar kuliah
seperti mengikiuti organisasi, organisasi pada dasarnya tidak dilarang di dalam
islam, selama di dalam organisasi tersebut tidak ada perbuatan yang menyimpang
dari aturan agama dan bermanfaat bagi dunia kita lebih-lebih bagi akhirat kita,
namun tak banyak dari kalangan mahasiswa yang sedang senang-senangnya mengikuti
organisasi, mereka paham betul apa visi misi organisasinya, siapa pendirinya,
program kerja apa saja yang akan dilakukan, bahkan menghafal mars nya, dan
memajang benderanya di setiap jengkal kehidupannya, apakah itu kita lakukan
pada bendera islam? Apakah itu kita terapkan pada apa yang yang harus kita tahu
mengenai apa saja landasan dalam beragama? Siapa saja yang patut kita ambil
ucapannya dalam agama? Ayat-ayat apa saja yang bisa kita hafal dari Firman-Nya?
Lebih jauh mana pemahaman kita dalam hal bagaimana rosulolloh dan para
sahabatnya beragama dengan bagaimana program kerja organisasi kita sesuai
dengan visi misinya? Yang mana yang lebih kita tata rapi, sholat lima waktu
kita, jadwal membaca Al-Qur’an kita, atau jadwal rapat kegiatan organisasi?
Belum lagi jika dalam kegiatan organisasi tersebut kita telah melakukan penyimpangan
terhadap agama, atau bahkan telah melakukan kebohongan besar dalam beragama,
dimana islam di hati kita? Dimana Allah dan rosul-Nya dalam pertimbangan kita?
Jika
sudah ditanya kecenderungan yang pribadi
lakukan dalam kehidupan, apakah pada dunia ataukah pada penyerahan diri
terhadap Rabb kita, sangat bohong jika pribadi tidak mengakui bahwa semboyan
“dalam hidup itu kita harus imbang antara beribadah dan bekerja” tidak pernah
berlaku dalam keseharian pribadi manusia.
Karena tampak dengan mata dan akal kita jika kita mau merenunginya,
manusia telah menipu dirinya sendiri.
Diri,
mana yang lebih engkau kenal? Dunia atau Tuhanmu yang telah menjanjikan
kehidupan yang lebih baik daripada dunia?
Tulisan
ini adalah bentuk perenungan pribadi dan catatan yang semoga suatu hari nanti,
jika pribadi tergelincir pada kekeliruan seperti diatas, dapat mengingatkan
kembali pada apa yang seharusnya di gigit dengan geraham kuat-kuat.
“Ya
Allah… sesungguhnya aku telah mendzalimi diriku dengan kedzoliman yang teramat
banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah
aku dengan ampunan darimu, dan kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun Maha penyayang” [Shahih Bukhari 834, 6326, 7387, 7388]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar