Senin, 03 Maret 2014

Mana Yang Lebih Kamu Kenal ?!


Bismillaah, alhamdulillah hari ini hari pertama kuliah semester 6, mata kuliah pertama hari ini kebagian fitofarmaka, apa itu fitofarmasi? Kayaknya saya juga gak fasih kalo suruh njelasin apa itu fitofarmasi, tadi aja udah kena semprot gegara bikin istilah dan definisi baru, ha-ha. Intinya hikmah dari mata kuliah sekaligus wahana spot jantung tadi dan sebenarnya juga inti dari pesan seluruh dosen ku adalah keabsahan ilmu yang kita miliki, dari mana kita mendapatkan ilmu itu, apa yang manfaat ilmu kita dan bagaimana kita mengaplikasikan seluruh ilmu yang kita miliki menjadi kesatuan yang bermanfaat utnuk menjalankan profesi seorang apoteker . Dari situ, pribadi termotivasi untuk benar-benar memahami setiap seluk beluk yang harus saya kuasai dalam bidang kefarmasian.
Lalu, juga terbersit dalam benak, untuk menjalankan pekerjaan menjadi apoteker yang baik, untuk tidak membuat jengkel dosen gegara kita gak siap praktikum, selama ini pribadi merasa begitu getolnya (untuk ukuran pribadi penulis :D) dalam mempersiapkan diri dengan belajar, baca banyak referensi, dan mengerjakan tugas dengan rapi dan cekatan. Ini termasuk urusan dunia, yang efeknya mungkin hanya di transkrip nilai dan masa depan pekerjaan. Alhamdulillah, setelah diberi sengatan tajam dari pengenalan fitofarmasi tadi yang tersengat juga sampai urusan ibadah yang efeknya jauh menyangkut kehidupan pribadi setelah ini yang lamanya tak sebanding dengan lama kerja kita sebagai apoteker, atau 8 semester kuliah, hehe.
Betapa sering atau selalu diri ini lalai dalam mempersiapkan ibadah kita di hadapan Allah, kadang pribadi sangat hafal bagaimana proses pembuatan tablet yang benar, metode apa yang harus digunakan untuk bahan obat yang berbeda sifat fisiko kimianya, lalu apa saja yang dapat meningkatkan kekerasan dan kompaktibilitas obat, tapi apakah pribadi benar benar paham bagaimana tata cara rosululloh sholat dalam setiap harinya, dalam setiap rokaatnya, kapan kita boleh menjamak sholat, dalam kondisi seperti apa qashar dijadikan sebagai keringanan, dan dzikir apa saja yang rosululloh baca saat setelah sholat fardhu, setelah sholat tahajjud, sudah berapa banyak bacaan yang kita hafal dari banyak bacaan yang rosululloh ajarkan? Apakah benar kita dapat menghafalnya sefasih dan secermat kita menghafal cara pencampuran bahan obat atau sepaham kita memilih sediaan yang tepat untuk bahan obat yang mudah terdegradasi? Yang mana yang lebih kita hafal? Yang mana yang lebih kita pahami? Yang mana yang lebih kita kenal? Agama kita atau dunia yang sebentar saja?
Kadang tak jarang terdengar dekat telinga dari teman teman tersayang, atau juga pernah dilakukan oleh pribadi jika ditanya atau di protes mengenai ketidak tahuan kita mngenai hukum agama yang wajib kita ketahui, serta merta berkata “ah maklum lah orang awam, aku kan bukan orang alim, bukan anggota SKI” tanpa setelahnya berusaha untuk mencari tahu dan memperbaiki kesalahan kita. Pribadi tidak akan membahas tentang syari’at yang terlalu rumit seperti ilmu faraid (waris) atau fiqih ini dan itu, mari koreksi pribadi, tentang sholat yang merupakan tiang agama, yang merupakan amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat, yang merupakan ibadah yang dapat mencegah dari perbuatan munkar, adakah diri ini benar-benar telah menguasai setiap hokum gerakannya, apa saja sunnah-sunnah di dalamnya, apa saja yang menjadi syarat sah nya, apa saja rukunnya, apa saja yang membatalkannya? Sudahkan kita tahu??? Paling tidak, bisakah kita menyebutkan satu atau dua saja referensi rujukan mengenai fiqih ibadah sholat dari ulama???
Pribadi, tidak alasan atau udzur apapun yang dapat kita hadapkan pada Allah untuk ilmu agama yang mendukung sempurnanya ibadah wajib kita. Jika ada yang berkata, kebaikan itu tak hanya sholat, islam itu luas, Allah juga menilai setiap kebaikan yang kita lakukan pada sesama dan pada alam, tapi tidakkah akal kita yang selama ini terlalu sering kita banggakan merasa heran sendiri, apakah tidak mengherankan kita dapat ikhlas membantu sesama, dapat mengerti setiap cabang islam yang luas dan mencakup seluruh gerak gerik kita, jika untuk berakhlak baik di hadapan Allah saja kita tidak tahu, untuk memahami setiap nama-nama indah-Nya saja kita tidak sempat, untuk mengenal kasih sayang-Nya dan  mengenal Murka-Nya saja kita tidak tahu, bunga tak pernah tumbuh dengan sendirinya, tanpa akar yang tersirami dengan baik.
Belum lagi waktu kita banyak kita habiskan untuk melakukan kegiatan di luar kuliah seperti mengikiuti organisasi, organisasi pada dasarnya tidak dilarang di dalam islam, selama di dalam organisasi tersebut tidak ada perbuatan yang menyimpang dari aturan agama dan bermanfaat bagi dunia kita lebih-lebih bagi akhirat kita, namun tak banyak dari kalangan mahasiswa yang sedang senang-senangnya mengikuti organisasi, mereka paham betul apa visi misi organisasinya, siapa pendirinya, program kerja apa saja yang akan dilakukan, bahkan menghafal mars nya, dan memajang benderanya di setiap jengkal kehidupannya, apakah itu kita lakukan pada bendera islam? Apakah itu kita terapkan pada apa yang yang harus kita tahu mengenai apa saja landasan dalam beragama? Siapa saja yang patut kita ambil ucapannya dalam agama? Ayat-ayat apa saja yang bisa kita hafal dari Firman-Nya? Lebih jauh mana pemahaman kita dalam hal bagaimana rosulolloh dan para sahabatnya beragama dengan bagaimana program kerja organisasi kita sesuai dengan visi misinya? Yang mana yang lebih kita tata rapi, sholat lima waktu kita, jadwal membaca Al-Qur’an kita, atau jadwal rapat kegiatan organisasi? Belum lagi jika dalam kegiatan organisasi tersebut kita telah melakukan penyimpangan terhadap agama, atau bahkan telah melakukan kebohongan besar dalam beragama, dimana islam di hati kita? Dimana Allah dan rosul-Nya dalam pertimbangan kita?
Jika sudah ditanya kecenderungan yang pribadi  lakukan dalam kehidupan, apakah pada dunia ataukah pada penyerahan diri terhadap Rabb kita, sangat bohong jika pribadi tidak mengakui bahwa semboyan “dalam hidup itu kita harus imbang antara beribadah dan bekerja” tidak pernah berlaku dalam keseharian pribadi manusia.  Karena tampak dengan mata dan akal kita jika kita mau merenunginya, manusia telah menipu dirinya sendiri.
Diri, mana yang lebih engkau kenal? Dunia atau Tuhanmu yang telah menjanjikan kehidupan yang lebih baik daripada dunia?
Tulisan ini adalah bentuk perenungan pribadi dan catatan yang semoga suatu hari nanti, jika pribadi tergelincir pada kekeliruan seperti diatas, dapat mengingatkan kembali pada apa yang seharusnya di gigit dengan geraham kuat-kuat.
“Ya Allah… sesungguhnya aku telah mendzalimi diriku dengan kedzoliman yang teramat banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan darimu, dan kasihanilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun Maha penyayang” [Shahih Bukhari 834, 6326, 7387, 7388]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar