Tak mudah memberikan kasih pada semua orang, apatah lagi
menemukan tempat berbagi di kala susah dan senang.
Di kala menemukannya pun, tak mudah pula mengajaknya untuk
memiliki satu pemahaman. Dan lebih susah lagi untuk saling mengingatkan dalam
kebenaran.
Saat diri mulai merasa nyaman, justru rasa nyaman itu
terkadang yang memunculkan rasa tak nyaman untuk menegur dan berbagi kebenaran.
Dan aku mulai ketakutan, saat mengingat semua yang pernah
kudengar…
Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Seseorang itu berada di atas agama temannya. Maka dari itu
perhatikanlah oleh kalian siapa yang menjadi temannya.” (HR. Imam Ahmad 2/303
dan 334. Dari abu Hurairoh rhadiyallahu ‘anha)
Majalah Asy-Syari’ah
No 63/VI/1431/2010 hal 10
Sungguh nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengibaratkan duduk dengan dengan teman
yang jelek seperti duduk dengan pandai besi. Kalalulah bukan bajumu yang
terbakar, setidaknya engkau akan mendapat bau yang tidak menyenangkan.
“Seseorang itu sesuai dengan perangai teman dekatnya. Maka
dari itu, hendaknya sesorang diantara kalian memeriksa siapa yang akan menjadi
teman dekatnya” (Hasan, HR. abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad dari sahabat Abu
Hurairoh radiyallahu’anha) di hasankan oleh asy-Syaikh Al-Albani
Majalah Asy-Syari’ah
No 63/VI/1431/2010 hal 14
Muhammad bin Sirin (Rohimahullaa hu ta’aala) pernah
mengungkapkan:
“Sesungguhnya ilmu (pen :syari’at )itu adalah agama. Maka
dari itu, perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agaman kalian” (Lihat
Mukaddimah Shahih Muslim)
Asy-Syari’ah No
63/VI/1431/2010 hal 5
Dan aku memilihmu sebagai karibku…
Aku telah tak banyak berharap pada masa lalu yang telah
lewat dariku.
Ia telah pergi jauh sekali dariku…
Yang kuperhatikan kini adalah bagaimana kau menarikku ke
dalam barisan itu
Barisan para penjual minyak wangi, yang dapat berbagi
wanginya denganku atau bahkan mungkin menghadiahkan minyak wangi kepadaku.
Telah berapa banyak manusia berhati tulus, telah tertipu
oleh sahabatnya,
dan sudah terlalu sering berlalu kisah tentang masuknya
kawan ke dalam dosa bersama sahabatnya pula.
Sahabat, apalah arti percintaan kita jika hanya berakhir
dalam kebinasaan dan saling lupa disaat Dia bertanya tentang apa yang pernah
terjadi pada kita berdua semasa di dunia.
Lalu disaat perhitungan telah dimulai, mulailah perselisihan
diantara manusia-manusia yang dulunya mengaku sahabat setia, mereka saling
menyalahkan, bahkan ada yang di lupakan. Sahabat, begitu berartinya dirimu
dalam dunia dan akhiratku.
"Teman-teman karib pada hari
itu (hari akhir) saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang
bertakwa." (Az Zukhruf: 67)
Dan yang aku takutkan, kita sedang
kehilangan taqwa…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar