Ibarat novel, hari-hari kuliah juga punya tahapan episode
yang kian hari kian menuju klimaksnya. Minggu ini anggap saja bagian dari
sebuah prolog dari kisah perjalanan semester empat ke depan.
Sebelum hari-hari yang membutuhkan “survive” extra datang,
aku ingin menyemangati diri sendiri lewat prolog ini, untuk tidak malas bahkan
tertarik untuk membaca(alias melewati) hari demi hari ke depan…
Oke… PROLOG (UE)
Seperti biasa, syarat buat ikutan kuliah tiap semesternya
musti KRS-an dan cari kelas, berhubung aku kuliahnya sistem paketan nih
ceritanya, jadi mau gak mau harus ikut alur mata kuliah yang harus aku ambil
tiap semesternya, ada sih yang boleh diambil di luar paket (kayak pake hemat
aja), Cuma aku lebih suka tepat waktu dan tidak terburu-buru (muahaha, ngeles).
Jadi ceritanya, buat semester ini yang wajib diambil itu 21 sks, sedikit bagi
sodara-sodara yang kuliahnya gak ada ngelab, buat yang di fak.Farmasi nih atau
fak lain yang 1 sks praktikumnya sebanding dengan 2 sks kuliahnya, ini bikin
ngilu kepala sodara-sodara, dan lebih membuat krik krik adalah praktikum nya 10
sks, jadi waktu bergelimang di kampus sama dengan ambil 31 sks. (gak lucu)
Hari senin…
Jam Sembilan pagi udah stand by nih ceritanya buat menyambut
mikro-Imuno-Parasitologi, 4 sks kuliah, 1 sks praktikum, prolog dari si
Mikro-imuno-parasitologi ini,
“mikroorganisme itu apa aja sih macemnya, yang mana sih yang
patogen atau non-patogen? Gimana bisa sih si makhluk imyut ini menginfeksi
tubuh kita? Trus apa sih respons tubuh kita dalam menyambut kehadirannya???” –OK,
tertarik—
Abis itu jam 11-12.30 break sholat n makan (dan mengurusi
kesibukan lainnya yang tidak kalah menguji kesabaran)
Jam 13.00 teeeeet kemaren masih responsi nih buat praktikum,
3,5 jam duduk di atas kursi tanpa sandaran mendengarkan dosen mendongeng
tentang KLT, Spektrofotometri UV-Vis dan sahabat2nya itu ternyata efektif
sekali mempercepat ngantuk daripada sedativum, dan juga bikin tulang remuk,
selama 3,5 jam itu si ANALISIS FARMASI I (masih ada yang ke-2 kok) itu
berprolog…
“Quality control, Quality Assurance, bio availability, bio
equivalency, research and development, Active pharmaceutical ingredient, HPLC,
KLT, Spektrofotometri UV-Vis could be summarized into one word, PHARMACIST” –MONG—melting—proud—nervous—
Pulang dengan sedikit rasa bangga menjadi calon orang yang
sangat berpengaruh besar dalam terapi sebuah penyakit, tapi juga dengan rasa
khawatir, Can I make it???
Hari Selasa…
Berhubung matakuliahnya sama kaya hari senin, jadi yang di
bahas –idem—
Cuma lucunya, di praktikum mikro-imuno-parasitologi itu main
sama yang namanya bakteri, dicuil-cuil, diwarnai, di intip-intip pake
mikroskop, sedikit khawatir terkontaminasi -_-‘’
Hari Rabu…
Setelah ketiga kalinya berturut-turut tiap semester ketemu
sama yang namanya mata kuliah PRESKRIPSI, berhubung udah yang ketiga kalinya,
jadi namanya juga PRESKRIPSI III. Masih ada yang mengira ini mata kulaih
artinya SEBELUM SKRIPSI gak??? Jangan salah paham sodara-sodara, ini bukan
berarti saya udah mau skripsian, preskripsi disini adalah bahasa serapan dari
bahasa inggris PRESCRIPTION yang artinya RESEP, ketipu yaaa? :D
Si Sohib PRESKRIPSI III ini memulai prolognya hampir mirip
sama dengan yang kemaren2,
“Bagaimana seorang farmasis mengolah suatu resep mulai dari diterima dari
pasien sampai di serahkan lagi ke pasien dalam bentuk sediaan obat, apakah
obatnya sudah benar dalam proses peracikannya, apakah terjamin stabilitasnya? Apakah
terjamin kualitasnya sampai diminum oleh pasien? Apakah terbungkus dalam bentuk
yang meyakinkan? Apakah dan apakah… semua diperiksa, setiap kesalahan mendapat
nilai minus.”(yang bisa-bisa membuat nilai kamu se absolute donut).
Abis mojok sama si PRESKRIPSI III di lantai dua, jam satu
musti siap-siap ketemu dosen-dosen hebat dari departemen KIMIA FARMASI buat
mata kuliah KIMIA SINTESIS. Sebenarnya, si KIMIA SINTESIS ini anaknya si tuan KIMIA
ORGANIK I dan nyonya KIMIA ORGANIK II, melahirkan mata kuliah baru yang isinya
nurun dari bapak sama emaknya. Cuma buat si anak, kita gak pake teori lagi,
langsung TO THE LAB.
Ketemu sama “DOSWAL gueh” si Prof yang terkenal galak padahal
lebih mirip nenek ngomong sama cucunya, keliatan kolot tapi perhatian bweud,si
KIMSIN dan pasukannya berprolog…
“Mau tidak mau, suka tidak suka, buat menunjang kebutuhanmu
bisa ngulek-ngulek sediaan obat, melintiri kandungan senyawa aktifnya pake
alat-alat HIGH-Tech, lu lu pada musti nge-Lab sama alat-alat itu, tau cara aman
main sama alat-alat LAB, tau metode apa aja yang bisa dipake buat test pake
alat-alat semacam Kromatografi dan sahabat-sahabatnya, kalo ga gitu, bukan
Farmasis namanya” –mbongkari si tuan KIMOR I dan nyonya KIMOR II “LAGI”—
Hari Kamis…
-gombal ala Farmasi Fisik Edition-
Jadi ceritanya mulai jam 08.00 sampe jam 13.00 giliran si
Farm.Fis ini yang berprolog, berhubung ini mata kuliah menguasai sehari penuh,
prolognya agak-agak panjang dan…
“Manusia dan Karbon… dua makhluk yang sama-sama dilihat
diniali dari proses pengolahnnya.
Karbon adalah senyawa yang memiliki tiga bentukan, yaitu
arang, grafit, dan intan. Bicara masalah intan dan arang, keduanya sama-sama berbahan
dasar karbon, tapi lihatlah nilai ekonomisnya, lihatlah bagaimana manusia
memperlakukan keduanya? Berbeda bukan? Yang satu lebih dicari dan diberi harga
mahal karena keindahannya dan kemampuannya yang luar biasa, intan, dengan
proses pembuatan yang membutuhkan waktu lama, tempaan demi tempaan, dalam temperature
yang tinggi, menghasilkan konsistensi yang kuat, berkilau, dan mampu memotong
baja. Arang, dihasilkan dari pembakaran tak sempurna, banyak dimana-mana, cepat
mendapatkannya, tapi harganya…??? Begitu pula manusia, pilihlah salah satu
bentuk yang kita inginkan, Arang atau Intan?” –eeaaa—
Hari Jum’at…
SIMPLISIA DAY, si farmakognosi menambah goresan pelangi
dalam wahana farmasi :D
Si Farmakognosi ini berprolog…
“Tuhan menciptakan Gen dalam tubuh manusia dengan kemampuan
tidak dapat rusak meski telah berbentuk fosil, setiap manusia punya karakteristik
masing-masing yang bisa di kenali oleh orang di sekitarnya. Kita nih sebagai
farmasis, yang hidup di sekitar banyak tumbuhan berkhasiat, harus hapal juga
sama karateristik dan silsilah tumbuhan mulai dari apakah dia punya bulu di
ketiak daun, silsilah keluarga berikut nenek moyangnya, sampe yang namanya ciri-ciri
anatominya. Jadi kalo diaduk-aduk sama tumbuhan laen, kita bisa liat yang mana
yang sodaraan, yang mana yang punya tepung, yang mana yang baunya wangi, sampe yang
berasa pait to the max bisa ketahuan. LUAR BIASA. Dan jangan berputus asa
dengan masa depan jamu dan herbal di Indonesia, Herbal medicine bisa saja
diterapkan di Indonesia dengan kekayaan SDA nya yang luar biasa, cumaaa gimana
caranya nih si farmasis membujuk-bujuk seantero-Indoneisa yakin bahwa pengobatan
herbal itu juga menjanjikan bahkan jauh lebih aman J”
Harusnya, hari ngampus berakhir jam sebelas setelah kuliah
FArmakognosi, cumaaaaa I couldn’t describe what I have done after that, it’s
too too too menggeramkan (aaapaaa coba??!! -_-!)
Hingga akhirnya kepulangan ke kos sampai jam 18.00 sore, kalo
udah begitu jangan dekat-dekat saya, bisa-bisa aromanya ngalah-ngalahin Asam
Asetat, bhahahaha. :D
Okeee. Itulah MINGGU PROLOG(UE) kuliah semester IV di
fakultas farmasi Universitas Airlangga tercinta.
Before My Hectic day is Coming, I gotta “manufacturing” a
ton of SPIRIT.
hahaha, membusuklah kau di kampus ya nak.
BalasHapus#pukpukpuk~:D